Thursday, January 24, 2008

Peninggalan sejarah keluarga (korigede)

Banyak sekali kita temui dijaman yg makin edan ini para generasi muda kita sekarang ini makin kurang memperhatikan peninggalan keluarga. Padahal hal seperti itu sangat penting bagi kita semua, tidaklah perlu memikirkan hal yg besar cukup dengan tahu asal usul diri kita sendiri. Semua yg kita pikirkan hanyalah bagaimana menjalani dunia ini dengan mudah walupun dengan jalan yg sedikit melenceng dari hukum kebenaran.
Seperti saya ini, pada saat berumur 7-8 th kakek saya yg bernama I Nyoman Mewer selalu menceritakan tentang riwayat hidup dan latar belakang keluarga. Dibalik itu ada pesan yg selalu terselip dari beliau bahwa kejayaan leluhur pada jaman dahulu agar selalu dikenang dan berusaha dikembalikan oleh generasi penerus. Memang cerita kakek saya itu bukan isapan cempol belaka, karena banyak sekali barang2 peninggalan leluhur yg masih utuh dan disimpan dalam ruangan suci yg sengaja dibuat untuk barang2 tersebut. Jujur saja waktu masih kecil saya sangat bangga sekali dengan sejarah leluhur saya tersebut walaupun bukan terekam dalam sejarah bangsa ini. singkat saja ... yg menjadi tolak ukur kejayaan keluarga yaitu adanya Kori Agung di depan rumah saya, dimana ukuran dan maknanya sangat luar biasa.
Kembali lagi apa yg diceritakan kakek saya, kori tersebut menjulang tinggi dan mengandung kekuatan magis, setiap hari tertentu pasti diadakan upacara (seperti sesajen). Karena keangkeran dan pengaruh yg kori tersebut maka setiap orang yg lewat harus jongkok untuk melintas didepannya (tidak tau mengapa) memang seperti itulah yg diceritakan. Dan pada akhirnya kori tersebut roboh pada saat gempa di Negara tahun 1976, setelah itu ada keinginan untuk menbangunkannya kembali. Tetapi sebagian besar keluarga ada yg tidak menginginkannya karena suatu alasan yg menurut mereka anggap kuat (maaf saya tidak bisa menjelaskannya) setelah 5-10th berlalu banyak sekali terjadi hal2 yg buruk seperti pertengkaran dalam keluarga. Memang sangat menyedihkan.
Runtuhnya Korigede memberikan dampak yg negatif terhadap mental keluarga yg notabene mengubah situasi ekonomi keluarga. (banyak sodara2 saya yg susah cari kerja, malas2an dll).
Terbersit dalam hati waktu saat saya SMA untuk bisa membangun Korigede kembali walaupun dalam ukuran yg lebih kecil dan maknanya yg biasa.
Dan setelah saya diombang ambing oleh kehidupan maka pada tahun 2006 atas dana saya dan sebagian keluarga saya akhirnya bisa membangun korigede kembali dengan sentuhan modern.
Maka kembali saya melihat peninggalan keluarga didepan rumah saya walaupun tidak 50% sama, tetapi mangandung 80% arti yg sama.
Sekarang saya melihat keluarga makin bersatu walaupun masih ada saja sedikit gangguan tetapi setidaknya dalam porsi yg kecil. (Bawa)

No comments: